Jalan Lapangan Banteng Barat Nomor 3-4 Jakarta
subdit.pai.ptu@kemenag.go.id
021-3811772
Search
Direktorat Pendidikan Agama Islam
Home
(current)
Profil
Pengantar
Sejarah
Visi dan Misi
Struktur Organisasi
Program Unggulan
Informasi
Berita
Pengumuman
Download
Dokumen Film
Artikel
Produk Hukum
Bantuan
Sertifikasi Guru
Sertifikasi Dosen
Bantuan Media Pembelajaran & TBTQ
Program Unggulan
Perkemahan Rohis
Pentas PAI Nasional
Guru Kunjung
Bina Kawasan
Moderasi Beragama
Guru MODIS
Home
Informasi
Agenda
Jangan Terjebak Rutinitas, Direktur PAI Ajak Guru Keluar Dari Zona Nyaman
Bekasi (Dit. PAI) -- Sub Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) pada SD/SDLB menyelenggarakan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB) Angkatan ke-3 di Bekasi pada 7-9 April 2021. Kegiatan ini diikuti oleh 40 peserta dari 11 provinsi di tanah air melalui seleksi guru.
Direktur PAI, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, Rohmat Mulyana Sapdi saat membuka acara mengatakan bahwa guru pada level apa pun harus melakukan peningkatan diri yang berkelanjutan atau
continous improvement
. Jika tidak di-
upgrade
kemampuannya maka dia akan terjebak pada rutinitas.
"Rutinitas itu melakukan hal yang berulang tapi tidak ada tantangan. Gitu-gitu aja. Hal ini menyebabkan guru terjebak pada zona nyaman. Kondisi yang enak, tapi sebenarnya tidak membuat kompetensi diri meningkat."
Untuk itu PPKB diselenggarakan sebagai bingkai dalam peningkatkan profesionalisme guru, ujarnya. Dalam
self continously improvement
(SCI), dituntut 3 hal. Pertama ekspertis atau keahlian. Ekspertis guru berbeda-beda.
"Ada guru yang pandai mengajar sesuatu yang rumit menjadi mudah, sehingga siswanya gampang tahu. Ini butuh keahlian."
Sedangkan keahlian menulis untuk publikasi ilmiah kuncinya pembiasaan. Menurutnya, ada guru yang mengasahnya ada yang tidak. Banyak guru yang malas menulis, meskipun banyak bahan yang bisa ditulis.
Kedua, komitmen. Guru harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya. Ini dibutuhkan keikhlasan yang tinggi karena ada tantangan dan ujian dalam menjalaninya.
Ketiga, guru harus menjunjung etika. Perilakunya menjadi teladan para peserta didik. Jangan sampai guru bertindak asusila.
"Ada satu lagi, selain SCI yakni inovatif. Inovatif itu tidak harus menciptakan hal baru, tapi guru bisa juga memanfaatkan sesuatu yang baru," papar Rohmat yang juga menjabat pelaksana tugas (plt) sebagai sekretaris Ditjen Pendidikan Islam. (Wikan/Tim Media PAI)
Search
120K
Followers
Twitter
120K
Likes
Facebook
Categories
Berita
136
Pengumuman
13
Artikel
33
Agenda
45